Place of Storytelling and Sharing

Sumber: http://www.amronbadriza.com/2012/07/cara-membuat-judul-blog-bergerak.html#ixzz2G3dZ8IF3

Jumat, 07 September 2012

guru yang di sukai murid (just joke)


1. Guru Pelupa




Guru yang satu ini terkadang masih suka memberikan tugas atau PR, namun begitu pertemuan berikutnya di kelas, beliau lupa akan tugas yang diberikannya.


2. Guru pandai mendongeng




Guru yang ini lebih dicintai sama murid-muridnya ketimbang Guru Pelupa. Karena Guru yang ini biasanya berhenti mengajar di tengah-tengah pelajaran, berdiri terdiam, menghadap ke langit-langit kelas, tersenyum dan kemudian berkata


“Bapak jadi inget, dulu waktu bapak sekolah…….”



*dongeng pun dimulai*



dan tanpa terasa


3. Guru sayang papan tulis



Guru model begini biasanya mengajar pelajaran eksak seperti matematika, fisika ataupun kimia. Karena begitu banyak rumus dan cara yang harus di tulis di papan tulis, sang guru terlihat sibuk sendiri menatap papan tulis dan menjelaskan satu-persatu rumus-rumus njelimet itu ke……. papan tulis. bukan kearah murid. Dengan begitu para murid dapat bebas melakukan aktivitas ‘belajar’ lainnya sambil melihat sang guru yang asyik berbicara dengan papan tulis.


4. Guru tidak datang.



*MISSION ACCOMPLISHED*

IPK mahasiswa dan kesuksesan seseorang dalam dunia kerja.

Suami saya adalah seorang dosen tidak tetap di salah satu universitas di Jakarta. Ia baru saja curhat kekecewaannya terhadap salah satu asisten dosen, karena menurutnya benar-benar unexpected, seorang asdos yang ber-IPK tinggi di fakultasnya, tidak menunjukkan tanda-tanda bahwa ia resourceful dan siap untuk mengajar. Komentar saya mula-mula: “Loh, kan memang tidak ada mata kuliah mengajar, jadi wajar aja kali ya kalau dia ngga terampil…”. Tapi kemudian suami saya cerita bahwa maksud dia, si asdos ini tidak komunikatif sama sekali, tidak bisa menantang mahasiswanya untuk berfikir kritis, sekaligus tidak bisa mengkritisi hasil kerja mahasiswanya. Menghadapi mahasiswa sangat tidak terampil, dia lebih banyak diam atau membaca materi presentasinya secara membosankan tanpa tanda-tanda antusiasme terhadap apa yang dia ucapkan. Pada saat rapat dosen pun dia membiarkan dirinya invisible, tidak bersuara sama sekali.
“Kok bisa ya IPnya tinggi?” keluh suami saya.
Ilustrasi/Admin (shutterstock)
Ilustrasi/Admin (shutterstock)
Sebenarnya pertanyaan ini sudah klasik. Sering kan kita mendengar: “Dulu waktu kuliah IPnya tinggi banget, tapi kok pas kerja kayanya ga secemerlang itu ya?” atau “Padahal dia waktu kuliah cuek banget, ngga pernah belajar, kali. Cuma sibuk ke sana ke mari. Tapi ngga nyangka, sekarang sudah bisa jadi Bos.”
Fenomena seperti itu adalah salah satu indikator lemahnya korelasi antara perguruan tinggi dengan tuntutan kerja di dunia nyata, di mana teori-teori yang “kelihatannya” usang masih menjadi andalan pada saat ujian, dihafalkan, dan kemudian… dilupakan setelah nilai keluar dan A sudah di tangan. Kelihatannya? Ya, sebenarnya tidak semua teori usang, begitu juga tidak semua buku musti di-tongsampah-kan karena diterbitkan duapuluh tahun yang lalu. Tetapi masalahnya terlalu sering dosen, atau guru, tidak mengaitkan (atau tidak menstimulasi mahasiswanya untuk menganalisis) antara teori dengan fenomena riil sehingga akibatnya kita hanya menilai teori tersebut usang, kuno, tidak aplikatif, dan akhirnya: dihafalkan saja.
Ditambah lagi soal-soal ujian, yang menjadi penentu nilai mata kuliah dan selanjutnya menentukan IP dan IPK, adalah soal-soal hafalan. Jadi konsekuensinya, yang IPKnya ‘gede’ adalah mereka yang rajin menghafal, suka menulis (biasanya kalau soal esai, jawaban yang panjang-panjang nilainya lebih dari yang cuma beberapa baris walaupun yang beberapa baris tadi sangat akurat loh J). Sayangnya, mereka yang analitis, yang kreatif, up-to-date, dan suka menantang dirinya untuk bereksperimen seringkali tidak terakomodir dalam sistem pendidikan formal, tetapi menjadi landasan kebutuhan di dunia kerja atau industri. Mungkin (ya, hipotesis saja) inilah yang menyebabkan mengapa IPK mahasiswa seringkali tidak dapat mengindikasikan kesuksesan seseorang dalam dunia kerja.

sumber : http://edukasi.kompasiana.com/2010/09/08/ipk-tinggi-penting/
IPK Tinggi, Penting?Temukan jawabannya disini 9out of 10 based on 10 ratings. 9 user reviews.